Sabtu, 14 Mei 2011

ELIMINASI ALVI

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Sistem eliminasi melalui bowel dan urin.

I. ELIMINASI BOWEL
Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiriri dari duodenum, jejunum dan ileum. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk chyme ( setengah padat ) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien dan elektrolit. Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feces di usus besar. Gerakan kolon haustral shuffing untuk mencampur chyme dan gerakan kontraksi haustral untuk mendorong materi air dan semi padatsepanjang kolon dan gerakan peristaltik yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.

A. REVIUW ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan meliputi organ-organ ingesti, digesti( mulut, oesophagus, lambung dan usus) dan organ-organ tambahan ( kantong empedu, liver dan pankreas ).
Sistem pencernaan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem pencernaan atas dan bawah :
1. Sistem pencernaan bagian atas
a. Mulut
Reflek menghisap dan pengontrolan gerakan mulut dan lidah untuk mengunyah makanan, pencernaan di mulut juga dibantu oleh ptialin yang dihasilkan oleh kelenjar saliva untuk membasahi makanan.
b. Oesophagus
Gerakan menelan dan peristaltik mendorong makanan ke lambung melewati oesophagus.
c. Lambung
Fungsi lambung untuk menampung atau menyimpan sebagian makanan yang sudah dicerna, mencairkan makanan dan mengabsorbsi air. Pencernaan di lambung dibantu oleh pepsin untuk mencerna protein, renin dan susu.
d. Duodenum
Makanan dari lambung melewati spingter pilorus menuju duodenum.
e. Pankreas
Berfungsi menghasilkan enzim tripsin untuk mencerna protein dan enzim amilase untuk mencerna karbohidrat dan enzim lipase untuk mencerna lemak.
f. Liver/hepar
Liver berfungsi untuk memproduksi bilirubin, mengemulsikan lemak, mengabsorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.
g. Kantong empedu
Kantong empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan bilirubin untuk dikeluarkan ke duodenum melalui pembuluh bilirubin.

2. Sistem pencernaan bagian bawah
a. Usus kecil
Proses eliminasi dimulai dari bagian proksimal usus kecil dimana sari-sari makanan telah diabsorbsi, kemudian sisa atau kotoran dibawa air melalui saluran intestinal menuju rektum. Proses absorbsi dibantu oleh peristaltik dan irama kontraksi usus dan jonjot-jonjot usus.
b. Usus besar
Usus besar meliputi: kolon asenden, tranversum, desenden dan sigmoid serta rektum. Peristaltik usus besar menyebabkan feaces terdorong sebagian ke bagian yang lebih bawah.
c. Rektum
Defekasi dikeluarkan berupa fecal dari rektum.
Makanan di mulut bercampur dengan saliva kemudian didorong masuk ke oesophagus menuju lambung, disini makanan disimpan dan bercampur dengan asam, mukus dan pepsin kemudian masuk usus halus melalui duodenum, di sini produk pencernaan diserap bersama dengan sebagian vitamin dan cairan selanjutnya adanya kotraksi usus halus makanan masuk ke usus besar dan terjadi penyarapan terhadap air, natrium, dan mineral. Gerakan kolon menyebabkan bercampurnya isi kolon dan dengan adanya kontraksi otot polos pada kolon menyebabkan isi kolon masuk ke rektum, disini terjadi peregangan rektum dan reflek defekasi/BAB.

B. DEFEKASI
Proses Defekasi
Adanya peregangan rektum oleh feses menyebabkan kontraksi reflek-reflek otot-otot rektum sehingga menyebabkan keinginan untuk BAB.
Spingter ani melemas sewaktu rektum teregang oleh syaraf simpatis menyebabkan spingter dalam keadaan kontraksi tonik dan peregangan sedang rektum, sehingga kekuatan kontraksi meningkat.
Keinginan BAB muncul saat tekanan mencapai kurang lebih 18 mmHg, pada saat tekanan mencapai 55 mmHg, spingter melemas dan isi rektum terdorong keluar..

Faktor-faktor yg mempengaruhi proses defekasi
1. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belumberkembang, sedangkan pada usia manula kontrol defekasi menurun.
2. Diit
Makanan berserat akan mempercepat produksi feces, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
3. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feces menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
4. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feces bergerak sepanjang kolon.
5. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
7. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Prosedur diagnostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
9. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
10. Anastesi dan pembedahan
Anastesi umum dapat membloking inpuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-48 jam.
11. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti danya hemorroid, fraktur ospubis, episiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar
12. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

C. MASALAH –MASALAH UMUM PADA ELIMINASI BOWEL
1. Diare
2. Obstipasi
3. Fecal impaction
4. Anal inkontinensia
5. Kembung
6. Hemorroid

D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. KONSTIPASI
PATOFISIOLOGI
Menurunnya motilitas kolon /
Retensi faeces di dalam kolon terbawah / rektum


Reabsorbsi air di dalam kolon menurun


Faeces lebih lama di dalam kolon


Kotoran / faeces menjadi paling kering


Kotoran sulit dikeluarkan dari anus.



Gangguan rasa nyaman Anoreksia Kecemasan
Konstipasi merupakan keluhan paling sering dalam praktik klinik, karena rentang sifat usus normal lebar, konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi defekasi kurang dari tiga kali perminggu. Penyebab karena adanya kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal.

PENGKAJIAN
1. Pola BAB
Frekuensi, konsistensi, bau, warna dan jumlah.
Pasien dengan konstipasi diidentifikasikan sebagai defekasi dengan kotoran yang keras berbentuk atau frekuensi kurang dari pola biasanya..Pasien melaporkan perasaan tekanan atau penuh pada rektum dan dapat merasakan dorongan pada faeces. Jika kotoran berada di dalam kolon hingga menjadi keras sekali, bisa terjadi fecal impaction.
2. Pola kebiasaan
@ Pola makan, kemungkinan banyak mengkonsumsi makanan yang rendah serat.
@ Pola minum, kemungkinan dehidrasi.
@ Kebiasaan penggunaan obat – obatan yang menimbulkan konstipasi dalam waktu yang lama ( antasida, antikolinergik, antihistamin, antidepresan, narkotik, dll ).

MASALAH KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
4. Perubahan psikologis : kecemasan.

PERENCANAAN
1. Bantu pasien dalam pencapaian tujuan – tujuan terapeutik :
@ Anjurkan klien untuk diet yang mengandung makanan tingi serat.
@ Anjurkan untuk intake cairan paling sedikit 2000 – 2400 ml/hari ( 8 – 10 gelas ).
@ Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas semaksimal mungkin sesuai dengan aktivitas yang dibolehkan.
@ Lakukan kolaborasi medis untuk pemberian laksatif , suppositoria.
2. Pendidikan bagi pasien tentang :
@ Efek dari diet, cairan dan aktivitas dalam mencegah konstipasi.
@ Rencanakan jadwal harian untuk waktu dfekasi setelah makan pagi dan makan malam.
@ Hindari penggunaan laksatif secara teratur, karena dapat menurunkan tekanan otot dan produksi lendir, sehingga dapat menimbulkan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Pemeriksaan terhadap anatomi kolorektal, dengan kolonoskopi atau sigmoidoskopi fleksibel dapat memperlihatkan melanosis koli sebagai bercak berwarna hitam – cokelat pada mukosa usus akibat penggunaan laksatif, dengan barium enema dapat emperlihatkan adanya lesi obstruksi kolon, penyakit megakolon atau megarektum, dengan uji transit kolon dapat menunjukkan inersia kolon.